SEBUAH PERJALANAN
Tri Wahyono
Manusia diciptakan Allah Swt. sebagai kholifah di muka bumi. Dibekali
oleh-Nya dengan segala macam pengetahuan agar bisa mengolah dan merawat apa
yang ada di bumi. Salah satu keilmuan yang dikenal adalah sains lebih sempitnya
lagi fisika. Lebih hebatnya lagi ternyata fisika merupakan dasar dari banyak
teknologi yang berkembang saat ini. Penelitian demi penelitian, kajian demi
kajian, percobaan demi percobaan, semakin menguak misteri alam ini. Dulu yang
dianggap sihir sekarang bisa dinikmati dengan bebas dan mudah.
Banyaknya percobaan dan praktikum
dalam fisika menyebabkan seorang anak yang terlahir di Nopember 1975 menjadi
sangat tertarik dengan ilmu fisika. Dia sangat senamg sekali “utak-utik” nyoba ini itu untuk mencari tahu apa yang
nanti terjadi. Sehingga ketika di jenjang Sekolah Menengah Atas dia memantapkan
diri untuk masuk jurusan A1 (Fisika) yang nota
bene kelas premium, kelas wahid saat itu, karena seleksi masuk jurusan ini
lebih sulit dibanding jurusan A2 (Biologi) atau pun A3 (Sosial).
Selain sekolah di pendidikan formal
dia juga mengikuti kegiatan non formal di kampung halamannya. Sebuah pengajian kampung
dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) menjadi kegiatannya selepas sekolah.
Kegiata pengajian ini dibimbing seorang ustadz yang tidak hanya mengajarkan
materi keagamaan dengan cara yang sederhana dan mudan dimengerti, kesan serius
tapi nyantai membuat apa yang beliau sampaikan mudah dipahami.
Beliau juga memberikan kesempatan
kepada para santrinya untuk bertanya tentang berbagai hal baik fiqih maupun
muamalah, serta melatih santri menyampaikan pendapat di dalam majelis dengan
menjadwal kultum secara bergiliran. Selain mengaji para santri juga mengelola
sebuah TPA sebagai ajang untuk mengamalkan ilmu yang didapat dari pengajian
sekaligus memupuk jiwa pendidik dalam diri masing masing santri.
Kegiatan non formal inilah yang
menguatkan dia untuk menjadi seorang pendidik dibidang yang ia senangi.
Sehingga selepas SMA ia melanjutkan studi di IKIP Yogyakarta dengan mengambil
jurusan Pendidikan Fisika. Kegiatan perkuliahan dilakoni dengan senang tanpa
beban, laboratorium jadi tempat bermain sekaligus mengasah hobi “utak-utik”
membuat nilainya diatas rata-rata bahkan sempat menjadi mahasiswa berprestasi
tingkat fakultas (FPMIPA) dan ketika wisuda menjadi Wisudawan Tebaik tingkat
Fakultas.
Setelah mengikuti Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) dengan melakukan praktik pengajaran langsung di
sekolah selama 3 bulan semakin menguatkan tekatnya untuk menjadi guru. Sehingga
setelah KKN (Kuliah Kerja Nyata) ia memantapka diri untuk menjadi guru honorer.
Pada tahun 1997 mengajar di dua tempat sekaligus, SMP Muh 3 Colombo dan MAN LAB
UIN Sunan Kalijaga (Sekarang MAN 4 Bantul). Di sinilah pengalaman nyata
didapatkan, ternyata memang Fisika merupakan “MOMOK” bagi sebagian besar siswa.
Ketika mendengar pelajaran Fisika yang terbayang deretan angka, rumus plus guru
yang “Njelehi” apakah “GALAK/KILLER”, gak bisa senyum, serius, menakutkan dan
lainnya yang pokoknya negatif. INILAH TANTANGAN YANG SESUNGGUHNYA.
Hari hari proses pembelajaran,
semakin nyata bahwa memang fisika
terasa sangat berat bagi para siswa, apalagi di sekolah kelas menengah dengan
kemampuan siswa yang cukupan/rata-rata. Dari proses pembelajaran mulai dapat
digali permasalahan lain dalam pembelajaran fisika khususnya di tingkat
Madrasah Aliyah.
Kemampuan hitung dan kemampuan
nalar (logika) menjadi permasalahan utama siswa. Mau dikatakan bagaimana Fisika
tidak bisa lepas dari hitungan, baik proses hitungnya, logika hitungnya, maupun
hitungannya itu sendiri. Masih banyak siswa yang menjumlahkan 2/3 + 2/5 = 4/8.
Masih ada yang menghitung 2a + 3b = 5ab dan masih banyak lagi. Apalagi kalau
sudah ketemu rumus utama disuruh mencari rumus turunannya semisal Ek
= ½ mv2 kemudian siswa disuruh mencari nilai v bila diketahui massa
dan energi kinetiknya. Ini bagi mereka adalah masalah, masalah, dan masalah
yang membuat semakin RUWET, RUWET, dan RUWET yang pada akhirnya nilai yang
didapat pada kisaran Do, Re, dan Mi.
Otak berpikir keras bagaimana
menyelesaikan masalah ini, beberapa penghambat harus segera diatasi. Dimulai
dari pembelajaran yang lebih nyantai namun serius agar siswa tidak tegang.
Karena ketegangan akan semakin membuat siswa semakin sulit menerima materi
pembelajaran. Dengan diselingi guyonan/candaaan, beberapa joke, bahkan yel-yel agar suasana kelas tetap fresh.
Siswa
mulai dekat dengan gurunya, rasa takut dan minder dengan guru mulai berkurang,
perasaan nyaman terhadap pelajaran fisika mulai tumbuh sehingga pembelajaran
menjadi semakin kondusif. Satu masalah sudah sedikit terselesaikan tinggal satu
masalah yang belum
terselesaikan yaitu “Kemampuan hitung dan Nalar/Logika Matematis”.
Berbekal pengalaman masa kecil
dalam membantu orang tuanya membuka warung kecil kecilan, menghitung belanjaan
pelanggan dengan model mencongak (jawa : Ngawang), dia coba terapkan kepada
siswanya. Setiap awal pembelajaran sekitar 15 – 30 menit diberikan tambahan
materi pipalanda (ping, para, lan, suda) melatih kembali kemampuan perkalian,
pembagian, penjumlahan dan pengurangan, dari dasar. Penjumlahan dan perkalian sampai
100.
Selanjutnya mengingatkan kembali
operasi matematika, ngutak-atik rumus dan seterusnya. Setelah itu belajar
kembali soal cerita dengan menuliskan apa yang diketahui dari soal, apa yang
ditanyakan dan bagaimana menyelesaikannya.
Kegiatan tambahan ini ternyata
cukup ampuh dalam mendongkrak kemampuan metematis dan logika pikir siswa.
Terbukti dengan meningkatnya nilai rara-rata Ujian Nasional bidang studi fisika
yang semula di kisaran Re menjadi dikisaran Fa bahkan ada beberapa siswa
mendapat nilai Si atau La.
Itulah sekelumit kisah perjuangan
seorang guru, yang tentunya akan sangat berbeda sekali dengan tantangan saat
ini. Saat itu belum ada gadget,
sosial media yang begitu melenakan. Tempat hiburan dimana-mana.
Untuk saat ini menjadi sebuah tantangan
tersendiri bagi guru khususnya Fisika. Bagaimana membuat anak menjadi tidak
phobi dengan pelajaran fisika,
tidak takut, tidak benci, mulai menyukai, dan akhirnya tertarik untuk belajar
dan mempelajari fisika.
Nama : Tri Wahyono, S.Pd.,
M.PFis.
Tempat Tgl Lahir
: Klaten, 23 Nopember 1975
Pendidikan : S1 Pendidikan Fisika IKIP YK
(UNY)
S2 Pengajaran Fisika ITB
Pengalaman :
1997-1998 : SMP Muh Colombo
1997-2000 :
MAN LAB IAIN Sunan Kalijaga (UIN SUKA)
2000-2001 :
SMA Muh 2 Yogyakarta
2001-
: MAN 4 Sleman (MAN Pakem)