Oleh
Dr.rer.nat M.F.Rosyid-Dosen Fisika UGM
Sains itu proses pencarian yg tidak pernah akan berhenti. Kebenaran yg mungkin didapat bukan kebenaran AKHIR melainkan kebenaran TERAKHIR. Saya pernah mengatakan banyak orang-orang terpelajar kita justru gagap sains dalam pengertian bhw mereka menganggap sains itu pasti. Hal ini wajar dalam masyarakat yang sedang mengalami transformasi dari alam pikiran yang dicap sebagai keterbelakangan menuju alam pikiran yang dicap sebagai kemajuan. Selalu saja ada fenomena "kebablasan".
Meme ini mencerminkan ketidakpahaman pembuatnya tentang watak alamiah sains (the nature of science). Karena sains itu bersifat induktif, maka sangat tidak tepat jika sains (saintis) digambarkan dengan orang yang melihat dengan melongok di atas pagar sehingga bisa melihat keseluruhan apa yang ada di dalam pagar. Saintis itu juga mengintip lewat lubang yang ada pada dinding pagar itu. Hanya bedanya, saintis tidak berhenti hanya di satu lubang dan tidak serta merta meyakini kesimpulan dari yang dia lihat. Saintis selalu meragukan kesimpulannya sendiri. Saintis akan terus menerus berupaya mencari lubang baru untuk mengintip hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada di dalam pekarangan itu. Dari hasil mengintip di semua lubang yang telah ia lakukan, saintis menyempurnakan kesimpulannya. Tetapi ia tetap akan meragukan kesimpulannya yg terbaru itu karenanya ia akan terus mencari lubang lain untuk melakukan pengamatan.
Saintis itu juga manusia. Sama-sama tidak tahu tentang alam ini keseluruhannya yang sebenarnya. Sama-sama harus melihat pekarangan itu melalui lubang-lubang pada tembok itu. Tetapi, ilmuwan serius dalam upaya memahami alam ini sehingga mereka bisa melihat lebih baik meskipun jauh dari sempurna.