Terlanjur Cinta Fisika

0

 

TERLANJUR CINTA FISIKA

Farida Rahmawati

  

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling tidak disukai siswa. Selain hitungan siswa juga dituntut untuk menguasai konsep alam semesta. Itulah yang menyebabkan fisika dianggapnya menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit. Jika ditawarin dan boleh milih antara Matematika dan Fisika, saya lebih pilih Matematika. Namun, saat kelulusan tiba adik saya lebih dulu jatuh hati dengan mapel Matematika. Orang tua memberikan solusi dan saran agar saya milih kuliah jurusan lain. Sempat kepikir mau milih jurusan Bahasa Indonesia agar hobi menulis saya bisa tersalurkan, namun jurusan tersebut sudah dipilih juga oleh kakak kandung. Meskipun banyak masukan menyarankan agar saya ambil jurusan Fisika, sama sekali belum terlintas dalam benak untuk memilih jurusan tersebut.

Darah muda dengan ego tinggi yang mengalir dalam tubuh lulusan anak SMA ini, menjadikan saya coba-coba dengan tantangan lain, Semua keluarga Bapak, Ibu, kakak, adik berprofesi menjadi guru, biar beda dengan yang lain diam-diam saya ambil jurusan kedokteran dan kesehatan masyarakat. Tanpa restu orang tua dan keluarga, saya mempersiapkan berkas dan berproses sendiri mulai, hingga hari pengumuman tiba saya cari deretan nama tak ada nama saya dalam daftar itu. Sedih dan menyesal sambil menangis dipelukan ibu kenapa waktu itu tidak izin minta restu ibu dan keluarga.

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari sini, dalam hati kecil berjanji kalau melangkah memang harus izin dan minta restu dulu sama orang tua atau keluarga. Perlahan-lahan saya dengarkan nasihat ibu bahwa anak perempuan itu berprofesi jadi guru sudah sangat bagus, punya banyak waktu untuk keluarga, selain mengajar di sekolah masih ada waktu untuk mendidik anak sendiri di rumah.

Saat itu mulai browsing di internet mencari informasi jurusan keguruan beberapa perguruan tinggi, karena sudah tidak minat lagi mengikuti seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), akhirnya kujatuhkan pilihan pada salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang sudah terakreditasi A. Waktu mendaftar sempat saya tanyakan ke panitia, program studi apa yang masih membuka jalur prestasi tanpa tes, dan jawabannya hanya Pendidikan Fisika.

Dalam benak mulai berpikir, mampukah saya menjadi guru fisika? sementara fisika adalah salah satu mata pelajaran yang paling tidak saya sukai. Ibu dan semua kelurga sangat mendukung, memberikan motivasi dan menyakinkan bahwa fisika cocok dengan skill saya. Akhirnya kupilih prodi pendidikan fisika, dan hari pengumuman tiba saya diterima kuliah di program studi pendidikan fisika salah satu universitas swasta ternama di Yogyakarta.

Bisa dibayangkan bagaimana rasanya kuliah pada jurusan yang tidak kita minati. Hari-hari berlalu sangat lama dan menjenuhkan, ingin rasanya pindah jurusan, namun ibu selalu menasehati dan menyampaikan sudah terlanjut basah, baiknya mandi sekalian, dari sini saya mulai berpikir kalau pindah jurusan akan buang-buang waktu dan biaya, kasihan orang tua. Akhirnya perlahan-lahan kupaksakan untuk mulai suka dengan fisika.

Setelah dijalani beberapa semester ternyata fisika itu menyenangkan dan sangat menarik. Pokok bahasan materi fisika bisa diimplementasikan dan dihubungkan langsung dengan fenomena alam serta kejadian sehari-hari. Tak terasa kurang dari 4 tahun saya dinyatakan lulus sarjana pendidikan fisika cumlaude dengan IPK yang lumayan diatas standar rata-rata. Suatu beban moral yang harus saya pertanggungjawabkan kepada Allah dan keluarga.

Berbekal ijazah ditangan, saya mencoba memasukan lamaran dari pintu ke pintu sekolah. Puluhan sekolah saya datangi kadang ditolak halus ada pula yang langsung ditolak agak kasar. Rasa khawatir dengan dada berdebar selalu menghampiri saat memasukkan lamaran ke gerbang sekolah. Dari sini saya belajar betapa sulitnya mencari pekerjaan, dalam hati saya berdoa dan berjanji sekolah mana yang akan duluan menerima saya, akan kuberikan seluruh jiwa dan raga untuk mengabdi di sekolah tersebut.

Allah Swt. menjawab semua doaku, akhirnya saya diterima mengajar disalah satu madrasah negeri dari kabupaten Kulon Progo yaitu di MAN 2 Kulon Progo tanpa melalui seleksi apapun. Senang, haru dan agak sedikit ragu-ragu, lagi-lagi bertanya dalam hati, mampukah saya manjadi guru fisika?

Tantangan pertama saya rasakan saat menerima jadwal pelajaran diminta untuk mengajar fisika kelas XII. Kaget dan sempat panas dingin waktu itu, bagaimana mungkin anak baru lulus kemarin sore langsung diberikan amanah mengajar kelas XII yang harus berpacu dengan waktu untuk mempersiapkan ujian nasional. Beberapa guru meyakinkan kalau saya pasti bisa dan mampu menjalani amanah itu, guru itu menang semalam, jadi kalau paginya ada jadwal mengajar malamnya harus ikutan belajar. Tujuannya agar kita siap materi sehingga tidak grogi dihadapan siswa. Jika materi siap tinggal memikirkan bagaimana menyampaikan metode dan strategi yang tepat agar pelajaran fisika yang dianggap sulit menjadi mudah diterima oleh anak-anak.

Hari-hari kunikmati profesi itu, tak jarang berbagai gangguan dan godaan dari beberapa siswa saya hadapi dari mulai dikerjain anak-anak dengan kunci pintu, ditertawain karena agak sedikit kesleo dalam menyampaikan konsep sampai diajak ketemuan di malam minggu dengan alasan ingin privat mengerjakan PR fisika. Maklum waktu awal menjadi guru saya masih single dan belum menikah.

Rasa syukur saya jalani profesi guru ini dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Doa-doa selalu saya panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, selang 2 tahun kemudian saya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan tetap di MAN 2 Kulon Progo. Rasa cinta pada mata pelajaran fisikapun terus bertambah, beberapa diklat dan seminar saya ikuti dengan tujuan untuk mendapatkan inovasi baru dalam pembelajaran fisika sehingga bisa tampil prima dihadapan anak-anak untuk mengusir pemikiran negatif bahwa fisika itu sulit dan membosankan.

Kenikmatan terus mengalir, hingga akhirnya saya memperoleh sertifikat pendidik mata pelajaran fisika. Sungguh suatu tantangan berat bagi saya agar bisa professional terhadap mata pelajaran yang saya ajarkan. Saya makin cinta dan terlanjur cinta dengan fisika. Amanah untuk mencerdaskan anak bangsa melalui pembelajaran fisika kini berada dalam genggaman saya. Bismillah, dengan niat ikhlas mengajar dan mendidik dengan hati semoga mata pelajaran fisika yang dianggap sulit menjadi mudah dan selalu disenangi.

Amanah demi amanahpun mengalir selain menjadi guru saya diberikan tugas tambahan menjadi wali kelas, kepala perpustakaan hinga kini menjadi wakil kepala madrasah bagian kesiswaan. Berniat ingin terus memajukan madrasah dibidang pendidikan saya meneruskan studi lanjut S2 dengan mengambil program studi manajemen pendidikan. Alhamdulillah, saat menulis antologi fisika ini saya baru saja menyelesaikan sidang ujian tesis S2 dengan hasil yang memuaskan. Bismillah, semoga berbekal sedikit ilmu yang saya terima bisa ikut andil dan berkiprah dibidang pendidikan sehingga dapat mewujudkan madrasah yang unggul, hebat dan bermartabat. Semoga kisah ini bisa memberikan pelajaran, inspirasi dan motivasi bagi pembaca khususnya guru fisika dimanapun berada.


Penulis

Farida Rahmawati putri kedua dari tiga bersaudara ini sejak kecil mempunyai hobi menulis dan membaca. Beberapa komunitas menulis diikutinya dan telah menghasilkan karya buku baik fiksi maupun non fiksi. Adapun buku yang sudah pernah ditulis diantaranya buku bahan ajar Fisika yang berjudul “Strategi Lulus UN Fisika”, artikel ilmiah popular yang berjudul “Trik Jitu Membangun Madrasah yang Unggul, Hebat dan Bermartabat” sampai buku antologi puisi. Beberapa tantangan nulis bareng cerpen dan cermin juga sudah pernah dia ikuti. Saat ini sedang menaklukan tantangan menulis buku single non fiksi yang berjudul BINTANG FISIKA (Belajar Inovasi sambil menaklukkan Tantangan Fisika). Semoga buku ini segera terbit dan bisa bermanfaat dalam pembelajaran fisika.Mengharap sambung silaturahmi dari pembaca, bisa komunikasi via WA (087839401919), via email : faridafis_m2w@yahoo.com, ig : farida_mandaku dan facebook Farida Rahmawati.

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)