MENGAJAR
FISIKA ITU ....
Iksan Taufik Hidayanto
Tapi saat saya masih SMA, entah mengapa
saya suka dengan pelajaran fisika ini. Saya senang membaca buku fisika pada
saat saya menunggu warung orang tua di pos ojek kampung saya. Kesukaan itulah
yang kemudian saya memilih kuliah di pendidikan fisika Universitas Negeri
Semarang (UNNES) jalur PMDK dan alhamdulillah diterima. Dan lulus tahun 2002
yang pada akhirnya saya mengajar pelajaran ini sebagai profesi utama yaitu guru
Fisika.
Tahun 2003 awal mengajar dengan menjadi
guru tidak tetap di MAN Purwokerto 1 yang sekarang berubah menjadi MAN 1
Banyumas. Awal pertama mengajar seperti lazimnya guru, maka menyiapkan
administrasi guru seperti RPP. Untuk materi yang akan disampaikan pagi hari,
malamnya saya membuat ringkasan-ringakasan materi. Perasaan grogi dan bingung
muncul saat menyampaikan materi. Tanpa terasa penyampaian materi sudah selesai
sedangkan waktu masih tersisa. Seiring dengan berjalannya waktu, penyesuaian
materi dan waktu bisa teratasi.
Selama mengajar fisika, tantangan dan
hambatan sering saya temukan. Dari siswa yang saat diajar ngobrol dengan
temannya. Sampai sampai saya lempar kapur dan penghapus. Maklum masih darah
muda (Hehehe …). Ada juga yang tertidur, biasanya ini siswa yang sambil mondok
di pesantren dekat madrasah. Bahkan sampai ada yang menantang untuk berkelahi
karena nilai fisika di rapot mendapat nilai yang jelek. Tantangan terberat yang
dihadapi adalah pada proses pembelajarannya. Bagaimana mengemas proses
pembelajaran supaya siswa bisa senang dan suka belajar fisika. Menghadapi siswa
di madrasah dengan berbagai karakter itulah yang membuat tantangan semakin
tambah berat. Maklum karena saya harus bisa menghilangkan persepsi pada kepala
siswa yang tersimpan lama bahwa fisika itu sulit. Ini tidak mudah, karena
ditambah lagi dengan pemahaman matematika yang rendah juga. Mereka bisa suka
dan senang belajar fisika saja sudah sangat sangat bagus dan menyenangkan saya.
Beberapa upaya yang dilakukan supaya
mereka senang adalah mengajar dengan diselingi rasa humor, pemberian poin
terhadap siswa yang berani maju mengerjakan soal di papan tulis. Selain itu
pada materi-materi tertentu digunakan alat peraga. Alat peraga kemudian mereka
buat secara berkelompok. Beberapa alat peraga yang dibuat dan digunakan dalam
proses pembelajaran antara lain alat sederhana untuk menerangkan hukum Pascal,
hukum Bernoulli dan hukum Lorentz serta motor listrik, egrang untuk berlatih
menghitung titik berat. Alat yang dibuat dengan bahan bahan bekas disekitar
kita yang sudah tidak terpakai. Siswa-siswa dalam mengerjakan pembuatan alat
tersebut sangat antusias dan saat digunakan mereka sangat senang karena mereka
langsung mengamati dan mengalami fenomena fisika. Antusias siswapun terlihat
dengan saling berebut untuk maju mengerjakan soal atau PR yang diberikan.
Tahun 2010 alat peraga berupa hukum
Lorentz dan motor listrik saya ajukan mengikuti lomba Science Education Award
yang diselenggarakan oleh ITSF (Indonesia Toray Science Foundation).
Alhamdulillah dari 110 peserta yang terdiri dari guru-guru SMP, SMA, MA dan SMK
se-Indonesia yang mengirimkan proposal, saya termasuk salah satu dari 9 guru
yang terpilih mendapatkan penghargaan dengan uang penghargaan sebesar 20 juta.
Tahun 2012 saya pindah tugas ke Yogyakarta. Ditempatkan di MA Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putra Yogyakarta. Madrasah swasta yang berbasis pondok, yang siswanya selain mempelajari mata pelajaran umum tetapi juga mempelajari materi pondok.
Awal-awal mengajar di madrasah inilah mendapat
tantangan yang berat. Kelas kecil yang hanya kurang dari sepuluh siswa. Bahkan
pernah hanya 3 siswa. Bagaiamana tidak, disetiap pembelajaran mereka banyak
yang tertidur.
Hanya satu dua siswa saja yang masih
mengikuti pelajaran, itupun dengan menahan kantuk. Pernah pengalaman disaat
menjelaskan hukum Bernoulli, saat itu satu kelas hanya 4 siswa saja. Disaat
menjelaskan sambil menuliskan persamaan Bernoulli di papan tulis, begitu
selesai berbalik badan ternyata keempat siswa tertidur dengan kepala tersandar di
meja. Selain tertidur karena beban belajar yang banyak serta ditambah dengan
kegiatan kepesantrenan, motivasi belajar siswa juga kurang ditambah lagi dengan
pemahaman matematika yang rendah juga.
Maka dalam pembelajaran fisika di
madrasah ini, benar-benar membutuhkan inovasi yang bervariasi. Istilah “Sing penting iso melek wae wes untung”.
Ya karena saya menyadari karena betapa mereka yang di pesantren mempunyai beban
belajar tinggi. Maka upaya dalam mengatasi itu antara lain mengintegrasikan
fisika dengan nilai islam, membuat alat peraga supaya mereka senang dan
bersemangat dalam belajar fisika dan juga pemberian poin bagi siswa yang aktif
maju mengerjakan soal. Alhamdulillah, usaha itupun menampakan hasilnya terlihat
dari semangat motivasi belajarnya. Paling tidak minimal mereka tidak tertidur
saat pelajaran.
Tahun 2014 salah satu alat peraga saya
ikutkan Lomba Media Pembelajaran yang diadakan oleh Kanwil Kemenag D.I.
Yogyakarta. Alhamdulillah terpilih mendapat juara tiga. Selama 13 tahun
mengajar fisika, hal yang belum tercapai adalah mengantarkan siswa menjadi
juara lomba olimpiade fisika baik secara nasional maupun yang diselenggarakam
oleh universitas-universitas se-Jawa Tengah DIY. Baru sampai mengantarkan ke
semi final saat olimpiade fisika di Universitas Negeri Semarang. Mudah-mudahan
ke depannya usaha untuk mengantarkan siswa- siswa meraih prestasi diajang
perlombaan dapat terwujud.
Penulis
Tahun 1997 lulus dari SMAN Ajibarang, Banyumas.
Tahun 2002 lulus dari Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Semarang (UNNES).
Tahun 2010 mendapat perhargaan dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF) kategori penerima Science Education Award 2010.
Tahun 2014 mendapat pernghargaan sebagai juara ke 3 Lomba Media Pembelajaran Bagi Guru Madrasah Aliyah Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh Kanwil Kemenag D.I. Yogyakarta.
Pengalaman
mengajar:
1. 2003 – 2011 mengajar di MAN Purwokerto 1 (Sekarang
MAN 1 Banyumas)
2. 2005 – 2010 mengajar di Lembaga Bimbingan Belajar
Primagama Purwokerto.
3. 2012 – sekarang mengajar di MA
Ponpes Ibnul Qoyyim Putra dan Putri Yogyakarta.
4. 2012 – 2014
mengajar privat fisika di Lembaga Bimbingan Belajar Sanggar Ilmu Yogyakarta dan
Indonesia College