KETIKA CINTA ITU DATANG
Khoiriyatun
Lahir
dari sebuah keluarga sederhana, saya tidak pernah berani bermimpi bisa kuliah,
apalagi menjadi seorang guru. Namun ternyata saya bisa kuliah dan sekarang menjadi
guru fisika, mata pelajaran yang konon katanya membuat siswanya takut, entah
takut pada sulitnya mata pelajaran ataukah takut pada gurunya yang “galak”.
Perjalanan saya menemukan cinta kepada fisika bagaikan romantika film India, di
mana tokohnya saling benci di awal cerita tapi menjadi pasangan mesra di akhir
cerita.
Di bangku sekolah dasar, tentu belum
mengenal yang namanya fisika. Saya tidak tahu bahwa menghitung kuat arus,
tegangan, dan hambatan adalah bagian dari fisika. Saya hanya ingat bahwa kala
itu, ketika ada mahasiswa KKN saya senang sekali diajak belajar tentang rangkaian
batu baterai dengan lampu-lampu kecil. Selain itu, karena saya memiliki
kemampuan berhitung di atas rata-rata teman yang lain maka saya sangat
mencintai ilmu hitung dan sangat menikmati semua mata pelajaran yang di
dalamnya ada angka-angka.
Selama 3 tahun di MTs saya sangat tidak
suka dengan fisika. Pelajaran Fisika sama sekali tidak menarik bagi saya.
Materi pelajarannya tidak menarik, di tambah gurunya sering marah-marah. Nilai
100 di mata pelajaran matematika tidak mampu membuat saya tertarik dengan
fisika. Bahkan ketika Ebtanas nilai fisika saya sangat mengecewakan.
Selepas MTs saya melanjutkan ke Madrasah
Aliyah. Kelas 1 saya lalui tetap dengan kesan “benci” dengan fisika. Guru yang
mismatch benar-benar membuat fisika
menjadi pelajaran yang menyebalkan bagi saya waktu itu. Bagaimana tidak,
pelajaran fisika hanya selalu diisi dengan kegiatan “Dikte”. Berbekal rasa
tidak ingin lagi bertemu fisika, naik kelas 2 saya ingin memilih jurusan agama.
Namun saya tertantang oleh ucapan salah seorang kakak kelas bahwa seharusnya
berani memilih sesuatu yang berbeda, yang sama sekali tidak saya sukai.
Akhirnya terdamparlah saya di jurusan Fisika.
Sudah di kelas fisika, saya masih saya
tidak tertarik dengan fisika. Sekali lagi, masih karena guru yang mismatch. Materi tentang resultan gaya,
sudah membuat saya pusing kepala. Papan tulis isinya hanya gambar tanda anak
panah yang simpang siur dan tumpang tindih. Saya sama sekali tidak tahu maksud
gambar yang dibuat. Masih ditambah lagi dengan uraian rumus yang memenuhi papan
tulis. Betapa fisika sangat tidak menyenangkan.
Kondisi mulai berubah ketika saya naik
kelas 3. Walaupun masih tetap dengan guru yang mismatch, namun pernah beliau mendapat mata kuliah minor pendidikan
fisika, dan memang beliau ini guru yang sangat cerdas dan inspiratif. Selain
itu strategi yang beliau terapkan memaksa saya untuk setiap hari bergelut
dengan fisika sehingga perlahan saya mulai menikmati belajar fisika. Bahkan
saya mampu mengikuti Ebtanas dengan optimal tanpa belajar karena sakit.
Lulus Madrasah Aliyah saya ditantang
guru fisika saya tersebut untuk menaklukkan UMPTN. Saya katakan bahwa saya sama
sekali tidak punya niat melanjutkan ke perguruan tinggi. Tetapi kata beliau,
beliau hanya ingin membuktikan bahwa lulusan madrasah mampu bersaing dengan
lulusan SMA dalam memperebutkan bangku PTN yang pendaftarnya puluhan ribu, oleh
karena yang penting lolos, saya asal pilih saja ketika mendaftar. Saya memilih
jurusan Pendidikan Fisika bukan karena senang dengan fisika, tetapi hanya
menggunakan teori peluang saja. Berdasar buku panduan UMPTN waktu itu, peluang
untuk diterima di jurusan ini 50 : 200. Artinya saya hanya punya tugas
mengalahkan 3 orang.
Strategi saya berhasil, saya menjadi
satu-satunya yang lolos UMPTN di madrasah
dan di desa saya. Waktu itu, bisa lolos UMPTN adalah prestasi hebat bagi
orang kampung. Walaupun sudah dinyatakan lolos seleksi, saya biasa-biasa saja.
Saya sama sekali tidak berharap bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
melanjutkan studi karena waktu itu
bapak saya dalam keadaan stroke dan ibu saya otomatis tidak punya pekerjaan
karena fokus merawat Bapak.
Namun ternyata ketika Allah berkehendak,
maka tak ada yang tidak mungkin. Simbok saya mengatakan bahwa kursi PTN
diperebutkan oleh puluhan ribu orang. Bagaimana mungkin saya yang jelas-jelas
sudah mendapatkan kursi mau dilepaskan begitu saja. Kata Simbok Allah itu kaya,
jadi tidak usah khawatir tidak bisa bayar kuliah. Nanti kalau saatnya membayar
pasti ada rejeki.
Sejak saat itulah saya benar-benar telah terdampar ke dunia fisika, dunia yang pada awalnya sama sekali tidak menarik bagi saya dan bahkan nyaris saya benci. Semakin hari rasa cinta kepada fisika semakin kuat. Berbekal pengalaman saya ketika menjadi siswa, setiap masuk kelas yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya siswa saya jatuh cinta kepada fisika walaupun mereka tidak pintar fisika.
Penulis