FISIKA MEMBAWA TERBANG KE MANADO
Edy Purwanto
Menjadi seorang guru dengan mata pelajaran yang
dianggap sulit yaitu Fisika memang bukan sesuatu yang mudah. Namun berbagai
upaya sudah aku lakukan demi membawa bendera mata pelajaran yang saya tekuni
lebih dari dua puluh tahun itu. Tahun 1999 adalah saat pertama kupijakkan kaki
menjadi guru PNS di sebuah sekolah menengah pertama yang berada di lereng
Pegunungan Menoreh, tepatnya di SMP Negeri 2 Borobudur Magelang. Dengan
perjuangan nglajo dari Bantul tiap
hari kutekuni selama 10 tahun bersama-sama anak-anak mungil di pedesaan membawa
inspirasi tidak kenal menyerah dan tidak kenal lelah, mereka kuajak bergembira
mempelajari IPA Fisika sampai akhirnya pada tahun 2010 aku harus kembali ke
kampung halaman di Yogyakarta mutasi ke MAN 4 Bantul atau sebelumnya MAN Lab
UIN.
Di MAN Lab UIN saya temukan Venny Maora Dwi Agustin,
salah satu siswa santri yang mondok di Pondok Pesantren Al Fadhilah. Sejak
Venny menduduki kelas X MIPA1 tahun 2018, ia bersama dua temannya yaitu Hani
dan Iqbal merupakan 3 siswa yang paling bersemangat mengikuti pelajaran Fisika
sampai ketiganya sejak kelas X sudah kupercaya menjadi duta MAN 4 Bantul dalam
OSN (Olimpiade Sains Nasional), KSM (Kompetisi Sain Madrasah) dan lomba
olimpiade di beberapa perguruan tinggi negeri. Memang saat itu karena jam
terbangnya masih sedikit belum ada prestasi dari ketiganya dalam mengikuti
lomba akademik bergengsi tersebut. Namun setidaknya, mereka tidak pernah surut
semangatnya untuk tetap mengikuti bimbingan kelas olimpiade Fisika sampai tetap
dipercaya mewakili MAN 4 Bantul di ajang OSN dan KSM di tahun 2019 saat mereka
telah menduduki kelas XI.
Gagal di OSN, Veny punya kesempatan ikut KSM di
bulan Juni untuk seleksi tingkat kabupaten yang bertempat di MAN 2 Bantul.
Lagi-lagi Veny harus meminta izin tidak ikut latihan Paskibraka, namun keras
dan disiplinnya latihan menyebabkan usai seleksi yang selesai Pk.10.00 WIB,
Veny langsung meluncur ke tempat latihan, bisa dibayangkan betapa galaunya
seorang siswa yang mempunyai cabang keinginan. Belum lagi, ia adalah santri
Pondok Pesantren Al Fadilah yang juga mengikat kegiatan santri untuk tidak
berlebihan dan membatasi waktu, maka suatu ujian berat bagi Veny. Siswa lain
yang saya dampingi saat seleksi KSM di MAN 2 Bantul masih menunggu pengumuman
lepas jam 12 siang. Saat pengumuman tiba dengan harap-harap cemas, namun saya
pesimis dengan Veny yang harus berlari-lari di dua kegiatan secara logika tidak
bisa fokus di KSM. Mapel Fisika dibacakan paling akhir, sebelumnya MAN 4 Bantul
meraih juara 3 untuk mapel Geografi sehingga lolos di tingkat propinsi.
Rombongan tim KSM MAN 4 Bantul sudah hampir putus
asa mendapatkan kejuaraan mapel lain, namun Subhanalloh saat dibacakan mapel
Fisika, secara mengejutkan juara 1 diraih oleh Veny Maora Dwi Agustin dari MAN
4 Bantul. Suatu surprise bagi saya
sebagai pembimbingnya yang sudah pesimis dengan keadaan Veny. Karena Veny sudah
meninggalkan arena lomba, saat itu piala juara 1 KSM Bantul untuk mapel Fisika
saya minta diwakili Rina yang menjadi peserta KSM mapel Kimia. Dengan penuh
rasa syukur, saya bawa piala siswa bimbinganku. Sesampai di MAN 4 Bantul
rupanya informasi sudah tersebar, walaupun tidak punya handphone karena dilarang oleh pondok, namun Veny sudah menunggu
saya karena diberitahu temannya. Aku serahkan piala ke Veny, diterima dengan
mata berkaca-kaca haru tapi heran dengan prestasi yang ia dapat.
“Alhamdulillah,
kok bisa Pak?” tanya Veny. Kujawab dengan singkat “Itu semua kehendak Allah
SWT”.
Bimbingan menuju provinsi dilaksanakan, lancar,
namun bagai tersambar petir waktu saya menerima pemberitahuan resmi bahwa
rencana KSM Provinsi yang mengalami berkali-kali perubahan, jatuhnya di hari Kamis,
15 Agustus 2019 di MAN 3 Bantul bertepatan dengan pengukuhan paskibraka
kecamatan Banguntapan. Beberapa hari saya simpan informasi ini, namun suatu
hari sehabis sholat dhuhur Veny menanyakan hari H KSM provinsi.
“Ven, semua
kehendak Allah, kita harus menerima dengan lapang dada, KSM Provinsi akan
dilaksanakan tanggal 15 Agustus,”
jawabku.
Waktu itu
Veny yang ditemani Hani matanya berkaca-kaca dan saya beri motivasi untuk
memikirkannya semalam, mau memilih Paskibraka atau KSM. Menurut Veny, ini seperti
buah simalakama, jika ikut KSM, ia akan gagal menjadi Paskibraka yang sudah
lama didambakannya, tapi jika ia ikut Paskibraka, KSMnya akan hilang dan
membawa malu madrasah.
Saya juga harus memutar otak sambil menunggu pilihan
Veny, secara tegas Kepala Madrasah saat itu memberikan instruksi kepadaku agar
Veny memilih KSM, namun tentu berat bagi Veny harus meninggalkan Paskibraka.
Akhirnya saya mencoba untuk menghubungi pihak pelatih yaitu dari Polsek dan
Koramil Banguntapan, pertama saya hubungi Pak Tri Koramil, ternyata tidak saya
duga, beliau memberikan angin segar untuk Veny, walaupun tidak ikut pengukuhan
namun tidak akan merubah posisi Veny. Saya masih kurang yakin, kuhubungi Pak
Bandi Polsek, alhamdulillah ternyata
senada. Hasil konfirmasi itu langsung saya beritahukan ke ustadzah di ponpes Al
Fadhilah tempat Veny mondok, semoga pilihan Veny adalah KSM. Mendapat jawaban
menggembirakan itu, tetap belum bisa membuatku tidur nyenyak karena memikirkan
betapa beratnya Veny harus meninggalkan pengukuhan Paskibraka sebagai puncak
penetapan dirinya.
Keesokan harinya saya langsung mencari Veny, dengan
senyum namun sedih Veny menyatakan memilih ikut KSM. Saya punya ide
”Ven, nanti waktu kamu berangkat KSM, kamu bawa
pakaian PDHmu ya, siapa tahu masih bisa menjangkau pengukuhan Paskibraka”.
Veny setuju, mudah-mudahan hal itu bisa menambah
semangatnya untuk tetap yakin bisa mengikuti kedua-duanya walaupun jamnya sama.
Bimbingan KSM dan latihan Paskibraka tetap terus silih berganti dan hari H pun
tiba. Pukul 6 pagi, aku sudah sampai madrasah untuk menunggu Alfira (Geografi)
dan Veny. Alfira datang duluan, namun sudah 30 menit, Veny belum datang, lebih
dari jam enam tigapuluh Veny baru muncul lengkap dengan bawaan pakaian PDH.
Karena jam tujuh harus sudah sampai di MAN
3 Bantul, maka Alfira saya minta boncengkan Veny dengan sepeda motor, sementara
saya bersama Pak Oji naik mobil madrasah sambil membawakan pakaian PDH Veny.
Alhamdulillah,
belum terlambat, namun upacara segera dimulai. Kami agak galau karena shift untuk tingkat madrasah aliyah di
paling akhir alias menunggu jam 10.30 berarti mustahil mengejar pengukuhan
paskibraka jam sepuluh. Saya terus meyakinkan Veny dan juga Alfira, saya ajak
keduanya belajar di perpustakaan. Mungkin karena kelelahan dan saat itu Veny
ternyata puasa Senin Kamis, waktu belajar Veny ngantuk dan gubrakk...ia jatuh bersama kursi tempat duduknya. Ya Allah,
kuatkanlah anak didikku ini, akhirnya saatnya tiba, peserta tingkat madrasah
aliyah dipanggil menuju lab komputer untuk mengerjakan soal CBT (Computer Based Test), saya meyakinkan
Veny, agar mantap bahwa Veny adalah spesialis soal CBT.
Tepat jam 12 test seleksi KSM Provinsi selesai, saat
itu diumumkan agar seluruh peserta tidak boleh meninggalkan MAN 3 Bantul karena
akan ada pembinaan dari Kakanwil. Veny sedih, namun kuyakinkan bahwa saya
bertanggung jawab untuk memintakan izin agar Veny boleh izin mengikuti
pengukuhan Paskibraka, alhamdulillah dengan konfirmasi kepada Panitia, Veny
meninggalkan lokasi diantar Pak Oji dengan mobil madrasah. Saya sedih mengikuti
progress kegiatan Veny karena waktu
sampai di lokasi pengukuhan Paskibraka di Balai Desa Wirokerten, acara sudah
selesai, kata Pak Oji Veny nangis namun dihibur oleh teman-temannya untuk tetap
mengenakan PDH dan foto bersama teman-temannya. Kini akau dan Alfira mengikuti
pembinaan Kakanwil dan menunggu hasil seleksi KSM tanpa Veny.
Lagi-lagi Fisika jatuh di bagian akhir, untuk
seleksi provinsi ini harapanku pada Veny mungkin yang terbaik hanya bisa meraih
3 besar itupun tidak yakin bisa. Pada pengumuman geografi, Alfira belum
berhasil meraih tiga besar, dan saat terakhir Fisika diumumkan mulai rangking 3
dan 2 tidak disebut nama Veny, Alfira kuajak untuk pulang. Namun, Allahu Akbar, hampir aku tak percaya
saat panitia membacakan pengumuman.
“Juara 1 mapel Fisika MA diraih oleh Veny Maora Dwi
Agustin.”
Hampir pingsan rasanya aku mendengar berita gembira itu, karena Veny tidak ada,
aku langsung perintahkan Alfira untuk mewakili. Alfira hampir tidak mau, tapi
kuberitahu,
“Yang tahu Veny hanya
kita”, saya minta Alfira menyelamatkan nama madrasah untuk maju menerima piala
dan piagam. Kuucapkan terima kasih untuk Alfira yang telah mewakili Veny.
Kini Veny sudah menjadi juara KSM Fisika
tingkat DIY berarti sudah mendapatkan tiket terbang ke Manado tempat
penyelenggaraan KSM Nasional 2019, hasil itu sangat menghibur Veny yang tidak
bisa mengikuti pengukuhan Paskibraka, walaupun tidak menggagalkannya sebagai
Paskibraka.
”Selamat Ven,
kamu akan terbang ke Manado, insya Allah pelaksanaannya setelah kamu kibarkan
sang merah putih tanggal 17 Agustus nanti”, ucapku saat kuserahkan medali dan
piagam juara. Veny hanya bisa menangis atas kesuksesan yang diraihnya yaitu
sukses menjadi Paskibraka dan sukses menjadi juara KSM mewakili DIY terbang ke
Manado.
Penulis
Nama Lengkap : EDY PURWANTO, S.Pd, M.Pd.Si.
Tempat/tgl lahir : Bantul, 13 Februari 1973
Pendidikan :
S1 Jurusan Pendidikan Fisika IKIP Yogyakarta
S2 Pasca Sarjana Pendidikan Fisika UAD Yogyakarta
Unit Kerja : MAN 2 Bantul
Di DIY, MGMP Fisika MA
adalah satu-satunya MGMP madrasah yang terpilih dalam piloting PPKB Direktorat
GTK Kemenag RI. Tindak lanjut PPKB dengan mengadakan diklat PTK Guru Fisika
pada 24 s.d 27 Februari 2018. Bulan Februari 2018 terpilih menjadi pengurus
Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis Indonesia) dan telah mengisi kuliah
daring pergumapi pada 6 Februari 2018. Berdasarkan Keputusan Menkumham RI no
AHU-000654.AH.011.07 tahun 2018 diSKkan menjadi Pengurus Pergumapi Pusat Seksi
Diklat. Tahun 2019 menjadi nara sumber dan dosen tamu di Fakultas Saintek UIN
Sunan Kalijaga. Tahun 2019 berhasil membimbing siswa MAN 4 Bantul Veny Maora
Dwi Agustin menjadi juara KSM Fisika DIY dan maju ke tingkat nasional. Tahun
2020 tepatnya mulai 1 Februari 2020 mutasi ke MAN 2 Bantul dan langsung
mewarnai berita website Kanwil Kemenag DIY dan website Mansaba MAN 2 Bantul.