FISIKA HATI
Ari Satriana
Fisika
lengkap, merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam
secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap
ilmiah. Dalam proses pembelajarannya dikenalkan tentang produk fisika berupa
materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum. Siswa juga akan diajarkan
untuk bereksperimen di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai
proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok bahasan dalam fisika. Sikap ilmiah
yang dikembangkan selama proses belajar mengajar adalah jujur, obyektif,
rasional, skeptis, kritis, dan sebagainya.
Mata pelajaran fisika dimata para siswa
berbeda-beda, ada yang berpendapat bahwa pelajaran fisika itu seru dan
mengasyikan, karena ilmunya selalu fantastis dan menantang apalagi jika dalam
belajar didukung fasilitas-fasilitas yang memadai dan menghilangkan kejenuhan.
Bagi kebanyakan siswa yang berpendapat bahwa pelajaran fisika itu rumit dan
membosankan karena banyak prinsip, rumus dan hitungan, kosepnya saling
berhubungan, penerapannya dalam soal berbeda-beda dan rumit, gurunya tidak
asyik, tidak bisa santai dalam belajar dan sebagainya. Ini tantangan profesi
guru.
Tingkat heteroginitas kelas yang tinggi menuntut
kreatifitas guru dalam mentransfer ilmu dengan beragam pendampingan. Ketika
seorang siswa tidak mampu menangkap pembelajaran dengan baik, akan mengganggu
konsentrasinya. Para siswa tidak akan mengerti dan memahami apa yang
disampaikan. Maka tidak akan ada pelajaran yang diserap artinya apabila dia
diberi pertanyaan maka tidak akan mampu menjawab, sehingga berdampak pada
perolehan ulangan harian ataupun ujian sekolah. Karenanya seorang guru tidak
boleh pilih kasih, monoton dalam mengajar dan menganggap siswanya homogen, agar
usaha yang dilakukannya maksimal.
Hakekat mengajar adalah usaha guru menciptakan dan
mendesain proses pembelajaran pada peserta didik dengan acuan kurikulum. Guru profesional
adalah guru yang dapat melakukan tugas mengajarnya dengan baik melalui keterampilan-keterampilan
khusus agar ercipta pembelajaran yang
aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan meyenangkan dengan memperhatikan aspek
psikologis dan budaya belajar siswa.
Menjadi guru adalah pilihan. Pilihan itu cinta atas
dasar passion dan membutuhkan komitmen untuk mencapai kepuasan mengajar.
Kepuasan atas dasar kesungguhan, keseriusan dan ketulusan pengabdian guru
dalam mengajar murid-muridnya, amanah dalam mengemban tugasnya, bisa digugu
lan ditiru dalam mendidik, membimbing dan menuntun akan tercetak generasi
yang pintar, unggul, berkarakter, serta dewasa dalam berpikir dan bertindak.
Passion yang profesional. Apabila Perasaan atau
emosi guru sangat kuat dilakukan dengan menunjukkan energi yang hebat,
melibatkan antusiasme atau keinginan yang kuat terhadap sesuatu maka siswa juga
memiliki passion yang sama tentang pembelajaran yang dikelola oleh gurunya.
Ketika guru dan siswa sama-sama bergairah, pembelajaran berjalan lancar,
menyenangkan, efektif dan efisien. Hasilnya? Tujuan pembelajaran akan dapat
dicapai dengan mudah, cepat, dan optimal. Kepuasan siswa dan guru terpenuhi.
Seimbang
Kisah tak terlupakan yang menjadikan seorang guru
fisika ini melek bimbingan adalah bagaimana membangun keseimbangan antar guru
dan siswa yang saling membutuhkan dan interaktif.
Suatu hari, pada proses pembelajaran yang
menyenangkan dan menantang dengan model pembelajaran berbasis Steam pada materi gerak melingkar,
menjadikan kelas hidup. Suara riuh beradu argumen dalam proses desain. Saling
menunjuk siapa yang jadi ketua kelompok. Posisi tempat duduk tidak teratur.
Anak-anak berlari dan berebut kesempatan demi mendapatkan reward dari gurunya.
“Nak, kenapa menyendiri, mana
kelompok mu? yok bergabung, maksimalkan peranmu seperti biasanya,” kata Bu
Galileowati kepada Fathonah, siswi yang duduk dipojok, menyendiri.
Dengan berat penuh kekecewaan
Fathonah menjawab mulai menangis “gak mau bu, ibu gak ngerti, ada anak yang
sukanya ngebuli, menjatuhkan nilaiku, agar naik ke peringkat satu.
“Oh ya,
terimakasih nak untuk masukannya, ibu pasti akan menyelidiki dan
menindaklanjuti, mari gabung dulu,” ajak Bu Galwati, panggilan akrabnya sambil
mengelus pundaknya.
Sambil menjerit masih dalam tangis
penuh emosi, Fathonah kabur lari membawa semua alat tulisnya dan berkata, “Aku
pulang Bu!”
Setelah
berpamitan dengan siswa di kelas sambil berpesan agar menyelesaikan kegiatan
sesuai LKS, Bu Galwati melesat mengejar Fathonah.
“Terlanjur pulang Bu,” kata Satpam,
ketika mendapati Bu Galwati terengah-engah seolah mengetahui apa yang
diinginkannya.
Sejak saat itu, Fathonah tidak masuk
sekolah dengan alasan sakit. Ada ijin resmi dari orang tuanya. Menurut Bu
Galwati ini tidak lazim, satu persatu dia kumpulkan data tentang Fathonah.
Mulai dari teman, sahabat, guru kelas lain, wali kelas, dan Guru BK.
Kriiiingngng!
“Assalamualaikum, mohon maaf, apakah
bisa dihubungkan dengan Bu Galwati?” suara seseorang dari balik tilpun sedang
berbicara dengan operator.
Tanpa diminta operator, Bu Galwati
langsung merespon dengan sahutan jawaban penuh semangat, “Iya, baik, siap,
segera meluncur, terimakasih!”
“Alhamdulillah, terimakasih Bu Guru!” sambutan orang tua Fathonah ketika Bu Galwati berhenti
di depan rumah mereka, “Silakan langsung masuk ke kamar Bu Guru, anak saya sudah menunggu, kami gak
boleh masuk,” permintaan mereka tak sabar.
Ditubruknya
Bu Galwati oleh Fathonah dalam tangis penuh rasa galau lelah sedih gembira gak
percaya sangat mendalam campur aduk, nano-nano, “Terimakasih Ibu, kawanku,
luapanku.”
Bu Galwati membalas dekapan manjanya
dengan belaian sayang nan lembut sepenuh hati dalam doa, ”alhamdulillaahi alaa kulii haal,”
tiga kali sambil meneteskan air mata.
Diawali dengan tatapan malu, ringan,
mulai keluar thengil canda Fathonah kepada Bu Galwati, “Ibu ngapain kesini,
kangen ya,?” tanyanya menggoda gurunya, nampak sangat cair. Bu Galwati hanya
diam, tersenyum, tanpa kata, menatapi wutuh semua bahasa tubuh muridnya itu,
menunggu kalimat-kalimat yang akan brodol dari Fathonah dengan sabar. Bu
Galwati sangat faham dengan kepolosan gayut manjanya.
Dua jam, tanpa terasa. Suara segar
guru dan murid penuh canda humor terdengar nyaring dari ruang tamu, tempat
kedua orang tua Fathonah
menunggu dalam kecemasan dan kekhawatiran. Sudah seminggu anaknya tidak mau
keluar kamar, mendadak menjadi pendiam, tidak ada kata, enggan makan, hanya
panggilan nama berulang menyebut Bu Galwati, dalam igau tidurnya. Hasil
pemeriksaan dokter juga nihil, tidak ada kelainan yang dialaminya.
Bu Galwati, pamit kepada orangtua
muridnya menjelang maghrih, dengan kerlingan isyarat pada ibunya Fathonah.
Walaupun dipenuhi rasa penasaran segera ingin mengetahui masalah anaknya, orang tua itu hanya pasrah mengiakan bahasa
verbal buguru.
Tiba-tiba dari kamar Fathonah
berteriak, “Bu Galwati tunggu, ada yang ketinggalan,” sambil menyelipkan gulungan kertas
merah jampu harum aroma paduan mawar dan coklat ke jari tangan gurunya
malu-malu, “Tolong
simpankan ya Bu, besok aku mulai sekolah.”
“Alhamdulillah!” serempak satu kata
itu terucap histeris dilanjutkan ketawa lepas bersama-sama, tak percaya ---.”
Bu Galwati melirik muridnya menjawab
dengan paksaan,
“Dengan satu
syarat! kita baca bersama dulu.”
Nah
... Fathonah, kalau
gemetar membaca ini, jangan takut, itu mauku, lanjutkan
Nah
... Fathonah, bayangan horormu, hadir menghalau takutku di malam horor
mencekamku
Kamu itu harapanku apa hantu sih?
Nah,
Fathonah, Jangan suka cemberut, Nanti mukamu berkerut, Menggeliat bak tikus
cicurut
Kekasihku,
masihkah kau ingat, saat di bawah pohon kelapa, bukti Newton berkata
Kurobohkan tubuhku terperangkap
kelapa demi melindungimu, sakitku bukti cintaku
Nah.....
“Udah Bu, malu,” protes Fathonah
lari terbirit-birit.
“Masyaallah, ada yang sedang jatuh
cinta,” bekakak ayah Fathonah
“Terimakasih
Bu Dokter cinta,” seloroh ibu Fathonah. Gemuruh
tawa mereka bersamaan lepas, ha ha ha …..
Penulis: Wanita berprofesi pendidik yang mengawali pengalaman dengan bermain, menggembala, berenang, dan berorganisasi ini lahir di kota gudeg Yogyakarta di bulan pahlawan “November”. Proses kelahirannya pun penuh perjuangan sehingga Bapak Ibunya mengabadikan momen bersejarah di nama putrinya. Ari
Satriana, adalah ungkapan mengandung doa dan keinginan orang tuanya agar
anaknya menjadi sholehah dalam kesehariannya dipenuhi ruh perjuangan sebagai
Satria. Alumni
Universitas Negeri Yogyakarta yang sekarang berdomisili di daerah sumber air,
“Kalitirto, Berbah, Sleman” ini selalu mengisi hidup agar bermanfaat dengan
bergerak. Hakekat hidup untuk hidup yang menghidupi agar keadaan selalu
hidup, adalah berubah positif dengan bergerak. Kontak : 085725980247.
Email:arisatrianaman1@gmail.com |