KOMPETISI FISIKA MENYENANGKAN SISWA
Edy Purwanto
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran paling sulit
mungkin lebih sulit dari matematika. Bagaimana tidak, matematika hanya fokus
pada hitungan, sementara Fisika harus menguasai konsep alam semesta dan
hitungan sekaligus. Hampir semua siswa khususnya di tingkat SLTA jika ditanya
pelajaran apa yang paling sulit dan membosankan, mereka akan menjawab FISIKA.
Fenomena ini sedikit banyak menggelitik saya sebagai guru Fisika. Saya lulus
sarjana Pendidikan Fisika dari UNY tahun 1998 dan saat itu memulai gerak
langkahku sebagai guru non PNS mulai dari SMA Islam Sulaiman Sleman, SMP Piri 1
Yogyakarta dan di SMA Piri 1 Yogyakarta.
Di sekolah swasta tentu saja bisa
dibayangkan, pelajaran yang diampu sudah paling sulit ditambah menghadapi
perilaku siswa yang caper, sulit
diatur, ramai terus di kelas, tidak mau pelajaran sulit, pokoknya penuh
perjuangan dan baper banget. Bahkan
di suatu hari saat saya mengajar di suatu kelas tiba-tiba ada seorang anak
laki-laki berseragam abu-abu putih yang tidak rapi mengetuk pintu.
“Assalamualaikum.”
“Wa’alaikum salam.”.
Namun tidak mengatakan apa-apa langsung
menghampiri salah satu siswaku laki-laki di kelas itu dan dipukul
habis-habisan, bla bla bla berbagai peristiwa kualami penuh rasa takut,
khawatir, grogi menjadi guru muda yang mengajar di sekolah swasta.
Namun waktu berlalu ketika diumumkan
hasil seleksi CPNS tahun 1999, alhamdulillah, saya diterima dan ditempatkan di
sebuah SMP Negeri di lereng pegunungan Menoreh tepatnya di SMP Negeri 2
Borobudur Magelang. Saat pengumuman kuterima memang tidak seratus persen ku
merasa bahagia bahkan saat kutelusuri tempatku bertugas tersebut, hampir aku
menangis. Jarak dari rumah tempat tinggalku 56 km, jalanan menuju sekolah masih
bebatuan dan tidak dijangkau kendaraan umum, praktis jarak yang kutempuh nglajo pulang pergi rumah ke sekolah
adalah 112 km. Namun pesan Bapak saya almarhum “niyatono ngibadah Le, mesthi tentrem” artinya diniati ibadah Nak,
pasti tenteram. Lambat laun bersepeda motor berangkat pukul 05.40 dan pulang
sampai rumah pukul 15.30 kujalani tiap hari dengan rasa senang apalagi setelah
aku menikah, keluarga menjadi motivatorku nglajo.
Hampir lima tahun kujalani mengajar di
tempat jauh, lama-lama aku mulai merasakan senang memberikan ilmu pada
anak-anak lugu berasal dari daerah pegunungan yang terpencil dan hanya jalan
kaki yang mereka tempuh dari jarak yang tidak dekat, membuat hatiku terketuk
untuk memberikan yang terbaik kepada mereka. Awalnya mereka kuajak selalu
tersenyum kemudian agar mereka senang dengan pelajaran fisika, saya buat
nyanyian dan lagu itu otomatis menjadi lagu pembuka saat pelajaran. Syairnya
begini “Fisika bersama Pak Edy, kusangat
senang sekali, ada permainan ada percobaan dan juga tayangan televisi, wow wow
I’m sorry, aku tidak takut lagi”. Sesuai isi lagu itu, saya sering
melakukan permainan dan percobaan dan saat itu, mereka saya rekam video untuk
mereka saksikan sendiri lewat televisi.
Saya kebetulan suka menyanyi, kebetulan
waktu SMA pernah menjuarai the best
vocalis band antar SMA se kabupaten, bakatku sering kusalurkan untuk
menghibur anak-anak saat kegiatan di luar kelas dan saat perpisahan akhir
tahun. Bahkan saat sedang populernya film Laskar Pelangi, saya adakan nonton
bareng dengan siswa di laboratorium IPA. Lagi, saya membuat drama musikal yang
menampilkan perilaku anak-anak sekolah dibumbui dengan sedikit kisah cinta,
lengkap sudah sosok Edy Purwanto menjadi guru idola yang dinobatkan oleh
anak-anak pada tahun 2005. Waktu semakin berjalan, kedekatanku dengan anak-anak
tak pernah terbendung, mereka selalu menunggu pelajaran fisika dan kecewa kalau
kosong jam.
Namun takdir Allah juga tidak bisa
ditolak, jauhnya jarak yang kutempuh untuk mengajar bahkan sudah dua kali saya
mengalami kecelakaan waktu pulang, barangkali menjadi sebuah pertimbangan pihak
pemangku kepentingan untuk mengabulkan permohonanku mutasi kembali ke kampung
halaman di Yogyakarta.
Tepatnya pada tanggal 1 Februari 2010,
saya resmi mutasi dari Borobudur Magelang menuju ke sebuah madrasah aliyah yang
masih baru saat itu yaitu MAN Lab UIN Banguntapan Bantul atau sekarang dikenal
dengan nama MAN 4 Bantul. Madrasah baru dengan jumlah siswa sedikit tidak
sampai 100 siswa menjadikan saya harus berjuang ikut membesarkan madrasah yang
baru itu. Alhamdulillah dengan bermodal pondok pesantren yang ada di sekitar
madrasah, saya ikut berperan membesarkan pondok sekaligus madrasah dengan
mengajak anak-anak lulusan SMP dan MTs di Magelang yang tidak mampu tapi pinter
untuk menjadi santri ponpes sekaligus siswa MAN 4 Bantul. Alhamdulillah hanya
Allah yang maha pemurah, lambat laun MAN 4 Bantul menjadi madrasah santri yang
penuh prestasi.
Namun lagi-lagi tidak semudah membalik
telapak tangan membawa Mapel Fisika disukai siswa, apalagi di tingkat aliyah
yang notabene materi lebih sulit khusus untuk anak-anak jurusan IPA. Rata-rata
setiap pertama kali saya menemui siswa di kelas X yang baru pertama kali tatap
muka, wajah-wajah mereka pasti cemberut dan nada-nadanya penuh ketakutan pada
pelajaran yang akan saya berikan. Hadeww,
memang sulit menyenangkan mereka yang selalu phobia terhadap pelajaran Fisika yang saya ampu, memang bukan salah
bunda mengandung sih, saya ditakdirkan menjadi guru mapel momok bagi siswa. Hampir dipastikan, pada pertemuan pertama saya
belum memunculkan materi Fisika, tetapi perkenalan dengan pendekatan yang
familier, menanyakan satu persatu asal daerah atau alamat para siswa diselingi
ta’aruf yang sudah saya siapkan sebagus mungkin.
Pertemuan kedua terkadang masih
menyisakan cerita-cerita menarik bagi para siswa, baru masuk materi yang diawali
penjelasan umum tentang fisika secara edukatif. Mirip dengan pengalaman
pembelajaran waktu di Magelang, tahun ketiga saya mengajar di aliyah, muncul ide
untuk strategi pembelajaran fisika. Saat itu saya terinspirasi even olimpiade
yang memperebutkan medali emas, perak dan perunggu berdasar hasil kompetisi,
model kompetisi itu saya sadur dalam pembelajaran fisika. Dengan syarat-syarat
tertentu, setiap kelas dapat merebut medali emas, perak dan perunggu. Satu
medali emas bisa didapatkan jika dalam satu tatap muka, ada 10 siswa yang maju
menjawab soal-soal dengan sistem bagi-bagi dan tidak ditemukan kesalahan,
kemudian pendapatan emas dihitung kelipatannya. Namun jika ada kesalahan satu
saja, semua emas akan berubah menjadi perak. Perunggu didapatkan jika di kelas
tersebut presensi menunjukkan nihil alias semua siswa masuk mengikuti
pembelajaran. Di akhir semester saya menghitung perolehan medali antar kelas
MIPA dan bagi pemenangnya akan mendapatkan piala bergilir kompetisi
pembelajaran fisika.
Keasyikan belajar menyenangkan bersama
siswa MAN 4 Bantul rupanya terputus pada bulan Februari 2020, saat menerima SK
mutasi pindah tugas ke MAN 2 Bantul. Nuansa pondok pesantren yang ada di MAN 4
Bantul tidak dijumpai di MAN 2 Bantul. Waktu masuk kelas pertama kali di X MIPA 3 banyak cibiran dari anak-anak yang
belum mengenal sosok Edy Purwanto. Mungkin ini sulitnya menyenangkan siswa,
semua saya sambut dengan senyuman sampai anak-anak bosan sendiri. Pada pertemuan
kedua, saya perkenalkan mereka dengan kompetisi pembelajaran fisika, alhamdulillah
siswa yang dikenal paling nakal bernama Iman, maju mengerjakan soal sebanyak 3
kali dan mengajak teman-temannya untuk aktif. Subahanalloh, semoga di MAN 2
Bantul ini, secercah cahaya akan menyinari usahaku selama ini. Aamiin ya Robbal
‘aalamiin.
Penulis
Nama Lengkap : EDY PURWANTO, S.Pd, M.Pd.Si.
Unit Kerja:MAN 2 Bantu Tahun 2013 mulai mendapat kesempatan menjadi kontributor berita di humas Kanwil Kemenag DIY dan mulai tahun itu terus mendominasi pembuatan berita di website kemenag DIY, puncaknya pada tahun 2015 dipercaya menjadi editor video dan berita dalam rangka penyambutan menteri agama dan pada tahun 2016 berhasil meraih publikasi award berdasar kriteria penulis berita terbanyak atas nama MAN Lab UIN Yogyakarta.
Inspirasi sebagai tokoh berita kemenag DIY dibawa dalam pembelajaran
Fisika dengan mentradisikan kompetisi pembelajaran Fisika antar kelas setiap
semester dengan menyelenggarakan piala bergilir tiap semester mampu membawa
Fisika sebagai mata pelajaran yang menyenangkan, penuh semangat dan membentuk
karakter siswa disiplin, senang, saling membantu antar teman, bersatu dan
bersemangat. Tahun 2014 berhasil menduduki rangking 1 dalam seleksi calon
kepala madrasah yang diselenggarakan oleh Dikmad Kanwil Kemenag DIY, namun
sesudah itu ada regulasi sehingga belum dilantik menjadi kepala madrasah.
Sejak tahun 2014 dipercaya menjadi koordinator OSN (Olimpiade Sains
Nasional) dan KSM(kompetisi Sains Madrasah) MAN Lab UIN (MAN 4 Bantul) dan
selalu mentradisikan lolos di OSN propinsi dan KSM propinsi bahkan nasional
tahun 2012 dan 2019. Tahun 2015 lulus pada program pasca sarjana prodi
Pendidikan Fisika di universityas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta dan secara
terus menerus menjadi konsultan penelitian mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta jurusan Pendidikan Fisika fakultas Saintek. Tahun 2016 terpilih menjadi
ketua MGMP Fisika MA DIY sampai periode 2019 dan berhasil membuat program
unggulan yaitu bekerjasama permanen dengan UNY dan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta serta mentradisikan publikasi ilmiah. Tahun 2017 menjadi Ketua Tim
Lomba sekaligus Pembina Upacara atas nama MAN 4 Bantul dan berhasil menjadi
juara I Lomba Upacara antar SMA/SMK/MA tingkat Kab Bantul. Sebagai puncak
prestasi MGMP Fisika, pada tahun 2017 terpilih menjadi MGMP di antara 25 MGMP
di Indonesia yang mendapat dana hibah piloting PPKB 2017 dan diundang pada
upacara HAB ke 72 Kemenag Jakarta dan secara pribadi dinobatkan sebagai guru
teladan Kemenag tahun 2018 mendapat apresiasi langsung dari menteri agama.
Di DIY, MGMP
Fisika MA adalah satu-satunya MGMP madrasah yang terpilih dalam piloting PPKB
Direktorat GTK Kemenag RI. Tindak lanjut PPKB dengan mengadakan diklat PTK Guru
Fisika pada 24 s.d 27 Februari 2018. Bulan Februari 2018 terpilih menjadi
pengurus Pergumapi (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis Indonesia) dan telah
mengisi kuliah daring pergumapi pada 6 Februari 2018. Berdasarkan Keputusan
Menkumham RI no AHU-000654.AH.011.07 tahun 2018 diSKkan menjadi Pengurus
Pergumapi Pusat Seksi Diklat. Tahun 2019 menjadi nara sumber dan dosen tamu di
Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga. Tahun 2020 tepatnya mulai 1 Februari 2020
mutasi ke MAN 2 Bantul dan langsung mewarnai berita website Kanwil Kemenag DIY
dan website Mansaba MAN 2 Bantul.