FISIKA BUKANLAH MOMOK
Lina Mutiasih
Waktu saya duduk di bangku SMA, pada tahun 1988 jurusan yang banyak peminatnya di madrasah kami jurusan IPS sebagai urutan pertama ada 3 kelas, kemudian jurusan biologi urutan ke-dua ada 2 kelas, dan yang urutan terakhir jurusan fisika hanya 1 kelas. Saya waktu di SMA mantapkan ambil jurusan yang sedikit peminatnya yaitu jurusan fisika. Saya yang berlatarbelakang kemampuan akademik yang pas-pasan memutuskan kuliah dengan jurusan fisika dengan harapan memperoleh peluang kerja secepatnya.
Setelah lulus SMA, saya masuk ke perguan tinggi swasta pada tahun 1991, di Sarjanawiyata
Tamansiswa dengan jurusan pendidikan fisika. Terbayang sudah bagaimana nantinya
jadi guru fisika yang selalu mengerti apa yang dirasakan siswanya seperti saya
dulu di SMA. Setelah tahun ketiga pada
saat kuliah saya merasakan PPL di SMA Piri Yogyakarta. Pikiran saya melayang
jadi guru fisika yang bagaimana semestinya, itu tidaklah mudah. Waktu itu
siswanya sudah beranggapan fisika itu sulit, nah disini saya berbagi cerita dengan siswa SMA Piri, waktu di SMA dulu walaupun fisika dianggap sulit, saya tetap berusaha untuk
mempelajarinya dengan tekun, penuh penasaran rasa ingin tahu yang lebih.
Tahun 1996 bulan Juni saya menyelesaikan kuliah.
Dengan bekal surat keterangan lulus kuliah sayapun bertekad untuk segera
menggunakan ilmu yang saya peroleh. Saya sempat 3 bulan mengamalkan ilmu dan
mengabdi di SMA PGRI Nanggulan, sambil menunggu wisuda bulan desember. Rasanya jadi guru yang masih belum punya
pengalaman, saya selalu berusaha mengerti jika siswa rata-rata beranggapan
bahwa fisika merupakan pelajaran yang memusingkan. Tantangan tersendiri bagi
saya waktu itu, bagaimana caranya
untuk merubah image dan paradigma
tersebut.
Siswa SMA PGRI saya beri penjelasan fisika adalah
pelajaran yang sama dengan lainnya, pelajari dengan tekun dan
sungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Saya tekankan belajar fisika tidak hanya membaca tetapi dengan oret-oretan.
Cara belajar fisika dengan sering banyak latihan dengan secara sendirinya akan terekam di otak, dengan sendirinya akan
mengusai dan hapal.
Alhamdulillah sesuai cita-cita saya untuk memperoleh
peluang kerja secepatnya pada tahun 1997 saya sebagai CPNS di SMUN 3 Praya
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Tantangan tersendiri bagi saya untuk
mengajar di perantauan dengan latar belakang yang sangat berbeda budaya dan
pola pikirnya. Pertama kalinya saya memperkenalkan dengan cara yang sangat
hati-hati dan arahkan perlahan supaya fokus ke materi fisika. Lagi-lagi yang
saya jumpai siswanya jika ada pelajaran fisika yang ada materi hitungannya,
belum mulai saja sudah beranggapan fisika sulit. Saya pernah terpikir jika
begini lama-lama fisika jauh dari hatinya siswa, bahkan menjadi momoknya. Saya
tidak boleh menyerah setiap kali ada pertemuan/tatap muka saya adakan kuis yang
sederhana dan saya bawa permen yang akan dibagikan untuk siswa yang mau dan
berani menjawab pertanyaan.
Siswa yang heterogen terlebih dengan adat dan
tradisi beda, ini membuat kendala bagi saya. Terkadamg siswa dengan bahasa
daerahnya menggunakan bahasa sasak
sering bercakap-cakap mengobrol dengan teman sebelahnya, secara
terang-terangan dan jelas menjelek-jelekan saya sebagai gurunya. Akhirnya
dengan berjalannya waktu lama-kelamaan
di perantauan dapat berjalan lancar sesuai yang diharapkan, walaupun masih ada
hal yang belum terlaksana dengan maksimal.
Dalam perantauan tentu banyak hal yang dialami dan
begitu kompleknya, namun hal yang menguatkan saya adalah pesan dari almarhum ibu “Jalani
dengan sabar,ikhlas, berdoa, hingga waktunya, pasti Allah SWT kasih jalan yang
tepat dan terbaik”. Terkadang hari-hariku terasa sangat lama dan panjang,
suatu ketika seharian penuh waktu saya
untuk mengajar karena masih sendirian
(belum menikah). Jika pagi di SMUN 3 Praya
dan sorenya di pondok Muhajirin Praya. Begitu sangat kontradiktif antara mengajar pada saat pagi hari siswanya
kurang tertib dan kurang santun, sebaliknya jika di pondok tertib dan santun. Menyikapi kondisi tersebut maka pada saat
mengajarkan fisika target terpenting bagi siswa dapat termotivasi dan mau
mengerjakan soal latihan fisika. Karena fisika termasuk mata pelajaran yang di
EBTANAS-kan, bagi jurusan IPA.
Berkat doa kedua orang tua saya pada tahun 2003 saya
bersyukur alhamdulillah dapat
mutasi dari SMUN 3 Praya Lombok Tengah Nusa Tenggara
Barat, ke MAN Gandekan yang sekarang MAN 1 Bantul. Saya begitusukacitanya diberi kesempatan
bergabung menjadi keluarga besar di MAN 1 Bantul, hingga sekarang.
Yang saya ingat betul pertama kalinya mengajar di MAN
1 Bantul ini adalah sifat dan karakter
pada saat mengajar dahulu terbawa, sampai-sampai saya kena tegur dari
bapak kepala madrasah agar saya mengajar tidak galak dan keras. Walaupun saya
kena tegur, saya bersyukur masih ada yang mengingatkan, waktu itu kejadiannya
saya membuat kesepakatan dengan siswa menggunakan alat ukur penggaris, dan
pensil warna 3 macam, waktu itu materi penggambaran bayangan cermin cembung,
cekung dan cermin datar. Kejadian berikutnya banyak siswa yang tidak membawa
lebih dari lima siswa, otomatis karena siswa bersepakat bagi yang tidak membawa
tidak masuk kelas/ tidak diperbolehkan mengikuti pembejaran di kelas.
Kejadian yang tidak pernah terlupakan ini `membuat
pelajaran yang berharga bagi saya pribadi, semenjak itu saya bertekad supaya
fisika jangan sampai dijadikan momok bahkan siswa merasa takut jika ada
pelajaran fisika. Saya harus menghapus memori tentang guru fisika yang galak,
keras. Salah satu caranya dengan
berkomunikasi dan berstrategi dalam memberikan pembelajaran fisika, adakalanya
selain di kelas dan di laboratorium, siswa diajak ke luar kelas yang ada
kaitannya dengan materi. Pembelajaran fisika dikemas dengan daya tarik dan
menyenangkan.
Perkembangan
dari tahun ke tahun dengan siswa yang berbeda-beda tentu berbeda pula dalam
menyikapinya. Siswa yang pernah saya ajar tentu akan memberikan cerita
bagaimana saya sebagai guru terutama cerita dari kakak kelas ke adik kelas.
Namun saya merasa belum sepenuhnya dapat merubah image bahwa fisika itu bukanlah momok tetapi akan berusaha dengan
segala daya upaya bahwa fisika adalah
pelajaran yang penuh tantangan, penuh ketelitian, pantang menyerah, dan pasti
bisa asalkan mau belajar secara kontinu.
Tahun 2020 ini
saya menjadi guru sudah tahun ke 23 dari
pengangkatan CPNS. Nah pada tahun ini khususnya bulan maret minggu ke
dua, Dunia, Indonesia, Yogyakarta, Bantul mengalami kejadian covid 19, tentunya
hal ini hampir semua Negara mengambil kebijakan untuk prioritas tetap diam di
rumah saja.
Pembelajaran semuanya jarak jauh (daring), online, saya juga menggunakan internet, dengan selingan bukan tugas
terus menerus. Terutama mengerjakan soal, bagi saya di MAN 1 Bantul dengan
latar belakang siswa yang prosentase kalangan menengah ke bawah, tetap ada
masalah terutama tentang kuota internet. Saya pembelajaran secara online sesuai jadwal, terkadang siswa
belum mengikuti semuanya.
Covid 19 membawa dampak dalam segala bidang, saya
menyoroti dalam dunia pendidikan, segala sesuatunya tentu tidaklah maksimal
seperti tahun sebelumnya. Selama ini tentu tidaklah terduga dan tidaklah
diharapkan akan adanya pandemi ini. Segala sesuatu perlu tindakan yang cepat
dan tepat, terutama dalam memutus rantai penyebarannya.
Nama Lina Mutiasih, M. Pd (lengkap dengan gelar akademik). Tempat, tanggal lahir Sleman, 3 April 1973.Alamat : Moyudan RT 03 RW15 Moyudan Sumberahayu Moyudan Sleman Yogyakarta. Hp 087739290229. Email : mutyalina@gmail.com.
Pascasarjana (S2) Penilaian
Evaluasi Pendidikan / Tahun 2008-
S1
Pendidikan Fisika. Tugas MAN
1 Bantul_
Jl.
Prof. Dr. Soepomo, SH Bantul.