Penyebaran covid-19 yang terus meningkat di Indonesia, mengharuskan pemerintah mengambil kebijakan yang tepat untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam dunia pendidikan yaitu meniadakan sementara pembelajaran tatap muka secara langsung. Pembelajran diganti dengan pembelajaran secara online atau daring. Media pembelajaran adalah sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pembelajaran. (Bambang Warsita, 2008: 121). Pemanfaatan media pembelajaran oleh pendidik diharapkan dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna, Memfasilitasi proses interaksi antara peserta didik.
Pembelajaran daring yang telah dilaksanakan sejak penerapan belajar dirumah bulan maret 2020, menjadi permasalahan tersendiri bagi siswa. Banyak siswa yang mengeluhkan kurang bisa memahami materi yang diberikan dengan tidak ada tatap muka. Dari dari total 53 siswa kelas X MIPA 1, 2 MAN 2 Bantul yang diampu penulis, sebanyak 3 siswa atau 6% dirumahnya terpasang wifi. Berarti 94 % siswa mengandalkan pembelian kuota data. Melihat pekerjaan orang tua siswa rata-rata buruh dan bertani, maka untuk pemakaian kuota data pun harus dihemat. Ada 83,3% siswa yang tidak dapat memahami sendiri materi yang diunggah guru di esmart, Siswa minta untuk ada penjelasan materi Fisika oleh guru. Dengan melihat kondisi ini, maka media pembelajaran yang tepat adalah melalui aplikasi Whashapp. WhatsApp sebagai salah satu media sosial yang paling familiar, banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Para siswa pada era digital ini juga sudah menggunakan aplikasi Whatsapp dalam aktivitas keseharian, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Whatshapp memungkinkan pengguna untuk berkirim pesan, dokumen, video ,berbagi foto, maupun mengirim pesan suara.
Sebelum pembelajaran, guru membentuk group Whatshapps khusus untuk diskusi materi fisika, Pernah pembelajaran dilaksanakan di group kelasnya, ternyata ada siswa yang terlambat mengalami kebingungan dalam memahami materi karena bertumpuk dengan pesan lain. Itulah perlu dibentuk group sendiri yang khusus untuk pelajaran Fisika. Dipastikan semua siswa sudah masuk di group tersebut. Sehari sebelum pembelajaran, guru mengingatkan siswa untuk hadir pada pembelajaran. Guru dapat menggunakan model-model pembelajaran abad 21 untuk mengajar dengan media Whatshapps seperti mengajar dikelas. Model untuk pembelajaran yang sudah sering penulis terapkan Discovery Learning, Problem Based Learning dan Project based Learning.
Pelaksanaan pembelajaran seperti berasa tatap muka. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat. Siswa melakukan presensi 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. kehadiran siswa rata-rata 93%. Siswa yang tidak hadir ternyata disebabkan kuota habis atau sinyal buruk. Namun mereka masih dapat mengikuti pesan pembelajaran yang tersampaikan lewat group tersebut. Guru memberikan stimulus berupa pertanyaan. Di sini tampak banyak siswa yang antusias menjawab pertanyaan guru, bertanya dan menyanggah jawaban teman. Terjadi interaksi pembelajaran yang bagus. Guru dapat mengetahui siswa-siswa yang aktif dalam pembelajaran. Untuk menjelaskan guru dapat mengirim gambar, foto dan menjelaskan dengan pesan suara. Untuk materi yang sulit seperti penerapan hukum Newton, guru dapat menjelaskan dengan video. Video diunggah di youtube, sehingga memudahkan siswa untuk melihat video tersebut setiap saat. Diputar berulang-ulang sampai paham. Diakhir pembelajaran guru memberikan tugas, dan siswa mengumpulkan di link yang dibuat guru menggunakan Google Formulir.
Kesimpulannya pembelajaran dengan menggunakan Whatshapps efektif untuk meningkatkan aktifitas pembelajaran. Pada situasi normal, media ini dapat tetap digunakan sebagai media interaksi untuk melakukan diskusi dengan siswa sehubungan dengan kesulitan belajarnya.