MOTIVASI AGUNG DAN ALAMIAH DALAM SAINS

0


                                               
 Oleh : Arif Alfatah, S.Pd.Si.,M.Sc.

Guru Fisika MA Mua'allimin Muhammadiyah Yogyakarta


Saya pernah berpikir, merenung, kemudian bertanya-tanya Apa sebenarnya manfaat dan motivasi kita belajar Sains?

Kemanfaatan sebuah benda bagi suatu makhluk bergantung pada seberapa jauh makhluk itu mengenali perilaku dan watak benda itu. Sekumpulan ayam akan berebut butiran-butiran jagung yang kita sebar di tanah. Jelas, hal itu karena ayam-ayam itu mengenali watak butiran-butiran jagung itu. Akan tetapi, sekumpulan ayam itu akan bergeming (diam saja, cuek) manakala yang kita sebar adalah segenggam koin seribuan rupiah. Jangankan koin-koin seribuan, berlembar-lembar ratusan ribu rupiah sekalipun yang Anda tebarkan tidaklah membuat ayam-ayam itu tertarik untuk berebut. Ayam tidak mengenal watak uang, maka mereka tidak melihat manfaat yang ada pada uang-uang itu. Mereka tidak tahu bahwa uang memiliki "kekuatan". Demikian juga sesungguhnya manusia, mereka tidak memandang adanya manfaat pada suatu hal karena ia tidak mengenal dan tidak memahami sesuatu hal itu dengan baik. Jika saja mereka mengenal sesuatu hal dengan baik, maka ia akan mampu mengambil manfaat dari sesuatu hal itu.

Tingkat pengenalan seseorang terhadap sesuatu hal akan menentukan nilai sesuatu hal itu di matanya. Oleh karena itu, dengan berprasangka baik atau berpikir positif bahwa segala hal bisa memberi manfaat dan kemudian berupaya mengenali dan memahami semua hal merupakan sikap dan langkah yang menguntungkan. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa barangsiapa yang mengenali alam ini dengan lebih baik, maka ia akan dapat hidup dengan lebih baik.

Seterusnya, jangan pernah heran jika orang-orang yang telah tercerahkan berupaya mempelajari dan memahami perilaku dan watak alam ini dari berbagai sisinya. Mereka berupaya keras untuk memahami alam ini dari yang paling kecil, yakni yang berukuran 10^-35 meter sampai dengan yang paling besar, yakni alam semesta ini keseluruhannya dan dari berbagai aspeknya. Mereka tetap saja mengupayakan pencarian itu, bahkan meskipun untuk itu diperlukan biaya yang luar biasa besar. Bayangkan, beberapa negara rela menggelontorkan uang lebih dari 35 triliun rupiah kepada para fisikawan untuk membangun peranti raksasa yang dikenal sebagai LHC (Large Hadronic Collider) padahal alat itu hanya digunakan untuk eksperimen tumbukan partikel-partikel elementer. Sungguh itu bukan pekerjaan sia-sia. Untuk apa mereka melakukan itu? Jawab mereka, untuk mencari atau mengkonfirmasi keberadaan salah satu batu penyusun bangunan teori tentang partikel elementer. Untuk apa sebuah teori dikembangkan?.

Berbagai teknologi maju dewasa ini diperoleh karena adanya bimbingan oleh teori-teori yang telah dikembangkan. Teknologi berkembang dengan sangat pesat karena bimbingan teori-teori sains yang ada. Rasa ingin tahu adalah motivasi paling agung dan alamiah dalam sains. Itulah yang mendorong ilmuwan sejati dalam melakukan perenungan dan penelitian. Jadi, bukanlah tuntutan uang, bukan ketenaran, bukan kemanfaatan, bukan trend, bahkan bukan pula publikasi ilmiah yang mendorong para ilmuwan perintis jaman dalam membuka jalan bagi kemajuan umat manusia dewasa ini.

Karena dorongan RASA INGIN TAHU, ilmu pengetahuan berkembang semakin luas dan semakin mendalam, menjangkau hal-hal luar biasa yang sangat mengagumkan yang tidak dapat kita perhitungkan dari semula, sehingga kita mampu bergerak menuju ke tengah lautan ilmu (meskipun kita tidak akan mungkin sampai di sana) serta mampu menyelam menuju kedalaman samudra ilmu (meskipun kita juga tidak akan mungkin sampai di sana).

Sebaliknya jika pengembangan sains hanya didorong (lebih tepatnya dikebiri) oleh kebutuhan-kebutuhan hidup sesaat, maka seolah sudah ada batas bagi pengembaraan kita. Inilah yang akhirnya membatasi atau menghalangi kita untuk bergerak semakin ke tengah dan semakin ke dalam samudra ilmu. Akhirnya, kita hanya berada di pinggir, mungkin hanya sebatas di teluk sempit dan dangkal saja. Di sana kita tidak akan mendapatkan hal-hal luar biasa, yang mengagumkan, dan yang tak terduga. Lebih parah lagi, kalau kemudian kita merasa sudah berada di samudra ilmu. Padahal samudra ilmu itu luas dan dalam, bukan sesempit dan sedangkal teluk itu. Mari kita bebaskan sains dari belenggu-belenggu itu, yang mengekang kreativitas kita yang menghalangi kita untuk sekedar menghilangkan rasa haus kita akan pengetahuan dan pemahaman.

Demikianlah, kurang lebih penjelasan memuaskan dari Kyai Guru Fisika kami atas lintasan pikiran, renungan, dan pertanyaan saya selama ini. Itulah alam semesta yang mengundang ketakjuban, manfaat, dan semangat untuk mengetahui rahasia-rahasianya. Semesta merupakan bagian pancaran dari makna Laa illaaha ilalloh (tidak ada sesembahan yang haq selain Alloh). Juga, ketahuilah bahwa adanya semesta menunjukkan akan keberadaan Sang Pencipta Yang Maha Esa.

 “Maka ketahuilah (ilmuilah), bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) yang haq selain Alloh dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal”. (QS. Muhammad; 19)

 


 

 

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)